Tanggal 3 Juni 2025 menjadi penanda langkah pertama kami dalam sebuah perjalanan yang sudah lama kami impikan. Di bawah bendera Dayak Creator, sebuah program luar biasa yang diinisiasi oleh Ranu Welum Foundation, saya bersama tiga rekan saya—Leo, Hari, dan Kevin—memulai sebuah misi: membuat film dokumenter tentang Purun. Bukan sekadar tanamannya, tetapi tentang jiwa dan kisah yang teranyam di setiap helainya.
Tujuan kami hari itu adalah melakukan survei dan bertemu dengan calon narasumber pertama kami. Kami tidak mencari sembarang orang, kami mencari "hati" dari cerita ini. Dan pencarian itu membawa kami ke hadapan seorang ibu yang usianya sudah senja, namun sorot matanya masih menyimpan api semangat.
Saat kami duduk dan berbincang dengannya, kami sadar bahwa kami tidak sedang melakukan wawancara. Kami sedang mendengarkan sebuah dongeng kehidupan. Beliau bercerita, dengan jemari yang keriput namun masih cekatan memperagakan gerakan menganyam, bagaimana beliau sudah berteman dengan Purun sejak kecil. Baginya, Purun bukan hanya bahan kerajinan, tetapi teman bermain, sumber kehidupan, dan warisan dari para pendahulunya.
Mendengar ceritanya, kami berempat saling berpandangan. Kami tahu, kami telah menemukannya. Kami datang untuk mencari cerita tentang sejenis tumbuhan rawa, tetapi kami justru menemukan sebuah perpustakaan hidup. Seorang penjaga kearifan lokal yang kisahnya jauh lebih dalam dan berharga dari yang kami bayangkan.
Kami pulang sore itu bukan hanya dengan data survei, tetapi dengan sebuah rasa tanggung jawab yang lebih besar. Proyek film dokumenter ini bukan lagi sekadar proyek tim. Ini adalah sebuah janji kami kepada sang ibu, untuk memastikan kisahnya dan kearifan tentang Purun tidak akan lekang oleh waktu. Perjalanan kami baru saja dimulai.
#DayakCreator #RanuWelum #FilmDokumenter #Purun #KearifanLokal #Palangkaraya #SurveiLokasi
